Astronomi, yang secara etimologi berarti "ilmu bintang" (dari Yunani: άστρο, + νόμος), adalah ilmu yang melibatkan pengamatan dan penjelasan kejadian yang terjadi di luar Bumi dan atmosfernya. Ilmu ini mempelajari asal-usul, evolusi, sifat fisik dan kimiawi benda-benda yang bisa dilihat di langit (dan di luar Bumi), juga proses yang melibatkan mereka.
Selama sebagian abad ke-20, astronomi dianggap terpilah menjadi astrometri, mekanika langit, dan astrofisika. Status tinggi sekarang yang dimiliki astrofisika bisa tercermin dalam nama jurusan universitas dan institut yang dilibatkan di penelitian astronomis: yang paling tua adalah tanpa kecuali bagian 'Astronomi' dan institut, yang paling baru cenderung memasukkan astrofisika di nama mereka, kadang-kadang mengeluarkan kata astronomi, untuk menekankan sifat penelitiannya. Selanjutnya, penelitian astrofisika, secara khususnya astrofisika teoretis, bisa dilakukan oleh orang yang berlatar belakang ilmu fisika atau matematika daripada astronomi.
Astronomi Bulan: kawah besar ini adalah Daedalus, yang dipotret kru Apollo 11 selagi mereka mengedari Bulan pada 1969. Ditemukan di tengah sisi gelap bulan Bumi, garis tengahnya sekitar 93 km
Astronomi adalah salah satu di antara sedikit ilmu pengetahuan di mana amatir masih memainkan peran aktif, khususnya dalam hal penemuan dan pengamatan fenomena sementara. Astronomi jangan dikelirukan dengan astrologi, ilmusemu yang mengasumsikan bahwa takdir manusia dapat dikaitkan dengan letak benda-benda astronomis di langit. Meskipun memiliki asal-muasal yang sama, kedua bidang ini sangat berbeda; astronom menggunakan metode ilmiah, sedangkan astrolog tidak.
Astronomy dipisahkan ke dalam cabang. Perbedaan pertama di antara 'teoretis dan observational' astronomi. Pengamat menggunakan berbagai jenis alat untuk mendapatkan data tentang gejala, data yang kemudian dipergunakan oleh teoretikus untuk 'membuat' teori dan model, menerangkan pengamatan dan memperkirakan yang baru.
Bidang yang dipelajari juga dikategorikan menjadi dua cara yang berbeda: dengan 'subyek', biasanya menurut daerah angkasa (misalnya Astronomi Galaksi) atau 'masalah' (seperti pembentukan bintang atau kosmologi); atau dari cara yang dipergunakan untuk mendapatkan informasi (pada hakekatnya, daerah di mana spektrum elektromagnetik dipakai). Pembagian pertama bisa diterapkan kepada baik pengamat maupun teoretikus, tetapi pembagian kedua ini hanya berlaku bagi pengamat (dengan tak sempurna), selama teoretikus mencoba menggunakan informasi yang ada, di semua panjang gelombang, dan pengamat sering mengamati di lebih dari satu daerah spektrum.
Astronomi Planet, atau Ilmu Pengetahuan Planet: setan debu Mars. Dipotret oleh NASA Global Surveyor di orbit Mars, coret gelap yang panjang terbentuk oleh gerakan gumpalan atmosfer Mars yang berputar-putar (dengan kesamaan ke angin tornado darat). Setan debu (tempat hitam) mendaki tembok kawah. Coret di setengah tangan benar gambar adalah bukit pasir di lantai kawah.
Juga, ada disiplin lain yang mungkin dipertimbangkan sebagian astronomi:
Lihat daftar topik astronomi untuk daftar halaman yang berhubungan dengan astronomi yang lebih lengkap.
Dalam astronomi, informasi sebagian besar didapat dari deteksi dan analisis radiasi elektromagnetik, foton, tetapi informasi juga dibawa oleh sinar kosmik, neutrino, dan, dalam waktu dekat, gelombang gravitasional (lihat LIGO dan LISA). Pembagian astronomi secara tradisional dibuat berdasarkan rentang daerah spektrum elektromagnetik yang diamati:
Lihat juga Teleskop Radio.
Astronomi Ekstragalaktik: lensa gravitasi. Gambar dari Teleskop Ruang Angkasa Hubble ini menunjukkan beberapa obyek yang terbentuk dengan putaran yang biru yang sebetulnya adalah beberapa tampilan dari galaksi yang sama. Mereka sudah digandakan oleh efek lensa gravitasi kelompok galaksi yang berwarna kuning, bulat panjang dan spiral di dekat pusat foto. Pelensaan gravitasi dihasilkan oleh bidang gravitasi kelompok yang luar biasa masif sehingga mampu melengkungkan cahaya. Beberapa akibatnya adalah memperbesar ukuran obyek yang dilensakan, menjadikan terang dan mengubah tampilan benda yang lebih jauh.
Astronomi optik dan radio bisa dilakukan di observatorium landas bumi, karena atmosfer transparan pada panjang gelombang itu. Cahaya infra merah benar-benar diserap oleh uap air, sehingga observatorium infra merah terpaksa ditempatkan di tempat kering yang tinggi atau di angkasa.
Atmosfer kedap pada panjang gelombang astronomi sinar-X, astronomi sinar-gamma, astronomi ultra violet dan, kecuali sedikit "jendela" dari panjang gelombang, astronomi infra merah jauh, oleh sebab itu pengamatan bisa dilakukan hanya dari balon atau observatorium luar angkasa.
Pada bagian awal sejarahnya, astronomi memerlukan hanya pengamatan dan ramalan gerakan benda di langit yang bisa dilihat dengan mata telanjang. Rigveda menunjuk kepada ke-27 rasi bintang yang dihubungkan dengan gerakan matahari dan juga ke-12 Zodiak pembagian langit. Yunani kuno membuatkan sumbangan penting sampai astronomi, di antara mereka definisi dari sistem magnitudo. Alkitab berisi sejumlah pernyataan atas posisi tanah di alam semesta dan sifat bintang dan planet, kebanyakan di antaranya puitis daripada harfiah; melihat Kosmologi Biblikal. Pada tahun 500 M, Aryabhata memberikan sistem matematis yang mengambil tanah untuk berputar atas porosnya dan mempertimbangkan gerakan planet dengan rasa hormat ke matahari.
Penelitian astronomi hampir berhenti selama abad pertengahan, kecuali penelitian astronom Arab. Pada akhir abad ke-9 astronom Muslim al-Farghani (Abu'l-Abbas Ahmad ibn Muhammad ibn Kathir al-Farghani) menulis secara ekstensif tentang gerakan benda langit. Karyanya diterjemahkan ke dalam bahasa Latin di abad ke-12. Pada akhir abad ke-10, observatorium yang sangat besar dibangun di dekat Teheran, Iran, oleh astronom al-Khujandi yang mengamati rentetan transit garis bujur Matahari, yang membolehkannya untuk menghitung sudut miring dari gerhana. Di Parsi, Umar Khayyām (Ghiyath al-Din Abu'l-Fath Umar ibn Ibrahim al-Nisaburi al-Khayyami) menyusun banyak tabel astronomis dan melakukan reformasi kalender yang lebih tepat daripada Kalender Julian dan mirip dengan Kalender Gregorian. Selama Renaisans Copernicus mengusulkan model heliosentris dari Tata Surya. Kerjanya dipertahankan, dikembangkan, dan diperbaiki oleh Galileo Galilei dan Johannes Kepler. Kepler adalah yang pertama untuk memikirkan sistem yang menggambarkan dengan benar detail gerakan planet dengan Matahari di pusat. Tetapi, Kepler tidak mengerti sebab di belakang hukum yang ia tulis. Hal itu kemudian diwariskan kepada Isaac Newton yang akhirnya dengan penemuan dinamika langit dan hukum gravitasinya dapat menerangkan gerakan planet.
Bintang adalah benda yang sangat jauh. Dengan munculnya spektroskop terbukti bahwa mereka mirip matahari kita sendiri, tetapi dengan berbagai temperatur, massa dan ukuran. Keberadaan galaksi kita, Bima Sakti, dan beberapa kelompok bintang terpisah hanya terbukti pada abad ke-20, serta keberadaan galaksi "eksternal", dan segera sesudahnya, perluasan Jagad Raya dilihat di resesi kebanyakan galaksi dari kita.
Kosmologi membuat kemajuan sangat besar selama abad ke-20, dengan model Ledakan Dahsyat yang didukung oleh pengamatan astronomi dan eksperimen fisika, seperti radiasi kosmik gelombang mikro latar belakang, Hukum Hubble dan Elemen Kosmologikal. Untuk sejarah astronomi yang lebih terperinci, lihat sejarah astronomi.
Seperti kebudayaan-kebudayaan lain di dunia, masyarakat asli
Nama-nama asli daerah untuk penyebutan obyek-obyek astronomi juga memperkuat fakta bahwa pengamatan langit telah dilakukan oleh masyarakat tradisional sejak lama. Lintang Waluku adalah sebutan masyarakat Jawa tradisional untuk menyebut tiga bintang dalam sabuk Orion dan digunakan sebagai pertanda dimulainya masa tanam. Gubuk Penceng adalah nama lain untuk rasi Salib Selatan dan digunakan oleh para nelayan Jawa tradisional dalam menentukan arah selatan. Joko Belek adalah sebutan untuk Planet Mars, sementara lintang kemukus adalah sebutan untuk komet. Sebuah bentangan nebula raksasa dengan fitur gelap di tengahnya disebut sebagai Bimasakti.
Pelaut-pelaut Belanda pertama yang mencapai Indonesia pada akhir abad-16 dan awal abad-17 adalah juga astronom-astronom ulung, seperti Pieter Dirkszoon Keyser dan Frederick de Houtman. Lebih 150 tahun kemudian setelah era penjelajahan tersebut, misionaris Belanda kelahiran Jerman yang menaruh perhatian pada bidang astronomi, Johan Maurits Mohr, mendirikan observatorium pertamanya di Batavia pada 1765. James Cook, seorang penjelajah Inggris, dan Louis Antoine de Bougainville, seorang penjelajah Perancis, bahkan pernah mengunjungi Mohr di observatoriumnya untuk mengamati transit Planet Venus pada 1769[1].
Ilmu astronomi modern makin berkembang setelah pata tahun 1928, atas kebaikan Karel Albert Rudolf Bosscha, seorang pengusaha perkebunan teh di daerah Malabar, dipasang beberapa teleskop besar di Lembang, Jawa Barat, yang menjadi cikal bakal Observatorium Bosscha, sebagaimana dikenal pada masa kini.
Penelitian astronomi yang dilakukan pada masa kolonial diarahkan pada pengamatan bintang ganda visual dan survei langit di belahan selatan ekuator bumi, karena pada masa tersebut belum banyak observatorium untuk pengamatan daerah selatan ekuator.
Setelah
Pendidikan Astronomi di Indonesia secara formal dilakukan di Departemen Astronomi, Institut Teknologi Bandung. Departemen Astronomi berada dalam lingkungan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) dan secara langsung terkait dengan penelitian dan pengamatan di Observatorium Bosscha.
Lembaga negara yang terlibat secara aktif dalam perkembangan astronomi di
Selain pendidikan formal, terdapat wadah informal penggemar astronomi, seperti Himpunan Astronomi Amatir Jakarta, serta tersedianya planetarium di Taman Ismail Marzuki, Jakarta yang selalu ramai dipadati pengunjung.
Perkembangan astronomi di Indonesia mengalami pertumbuhan yang pesat, dan mendapat pengakuan di tingkat Internasional, seiring dengan semakin banyaknya pakar astronomi asal Indonesia yang terlibat dalam kegiatan astronomi di seluruh dunia, serta banyaknya siswa SMU yang memenangi Olimpiade Astronomi Internasional maupun Olimpiade Astronomi Asia Pasific.
Demikian juga dengan adanya salah seorang putra terbaik bangsa dalam bidang astronomi di tingkat Internasional, yaitu Profesor Bambang Hidayat yang pernah menjabat sebagai vice president IAU (International Astronomical Union).
December 27, 2006 by astronomsableng
Disclaimer
Ini adalah bahan presentasi untuk kuliah Star Formation and
Origin of Solar Systems yang diajarkan oleh Ewine van Dishoeck. Tulisan
ini agak teknis sifatnya, jadi mohon maaf bagi para pembaca awam bila ada
metode, teknik, dan kosa kata yang asing.
Abstrak
Gugus bintang lahir bersebadan di dalam awan molekul raksasa dan pada saat
pembentukannya hanya dapat diamati dalam panjang gelombang inframerah karena
awan antar bintang yang melingkupi gugus ini menghamburkan panjang gelombang
optik. Dari katalog gugus-gugus muda dapat disusun distribusi usia gugus muda
dan gugus terbuka, dan ditemukan bahwa lebih dari 90% gugus muda tidak terus
terikat secara gravitasi dan bertahan menjadi gugus terbuka namun menguap dan
bergabung dengan bintang-bintang medan di sekitarnya. Dengan kata lain,
terdapat tingkat kematian gugus yang tinggi. Sebagian besar bintang yang
terbentuk di dalam gugus muda ini terbentuk dalam gugus-gugus kaya yang jumlah
anggotanya lebih dari 100 bintang atau lebih dan memiliki
Kata Kunci: gugus, pembentukan bintang, initial mass function
Pengantar
Bintang terbentuk dari gas-gas antar bintang yang kerapatannya tinggi. Gas-gas
antar bintang ini terbentang dalam ruang sebesar beberapa parsec dan massanya
bisa ribuan kali
Namun jabang
bayi bintang-bintang ini diamati tidak terbentuk sendirian, namun terbentuk
bersama-sama jabang-jabang bintang lainnya. Jadi sebuah awan gas raksasa ini
dapat membentuk banyak jabang-jabang bintang yang akhirnya saling terikat
secara gravitasional membentuk gugus bintang. Bila gugus bintang sudah
terbentuk, angin bintang yang mereka hembuskan akan meniup sisa-sisa gas antar
bintang yang masih ada. Gugus Pleiades adalah salah satu gugus bintang-bintang
muda yang masih menyisakan awan antar bintang yang membentuk gugus tersebut.
Bila gugus bintang ini masih dalam proses
pembentukan, maka protogugus ini masih dilingkupi oleh awan antar bintang
sehingga jabang-jabang bintang di dalam awan tidak akan terlihat bila kita
melihatnya pada panjang gelombang visual (0.45 mikron). Namun pengamatan pada
panjang gelombang inframerah (2 mikron) dapat menembus awan antar bintang yang
menghalangi pandangan kita dan menyingkap apa yang terjadi di dalam awan antar
bintang tersebut.
Gugus bintang memiliki peran penting dalam usaha kita memahami alam semesta.
Karena gugus mengandung sejumlah besar bintang dalam ruang yang relatif kecil
maka mereka memiliki cuplikan bintang yang jumlahnya signifikan secara
statistik dengan rentang
Identifikasi Gugus
Karena
gugus muda ini tersembunyi dalam awan gas, maka dibutuhkan pengamatan yang bisa
menembus awan-awan gas tersebut. Contoh adalah gugus L1630 yang ditampilkan
dalam gambar di atas. Gambar ini adalah kontur dari kerapatan bintang yang
terdeteksi, dan sebagaimana kita lihat terdapat daerah-daerah yang lebih rapat
dari daerah di sekitarnya. Daerah ini ditandai oleh arsir warna kelabu yang
menandai daerah dengan kerapatan lebih dari 10 kali kerapatan daerah di
sekitarnya. Mengenali keberadaan gugus dalam awan molekul bergantung pada
banyaknya anggota gugus (gugus yang kaya akan anggota lebih mudah terlihat
karena kerapatannya akan jauh lebih tinggi dari daerah sekitarnya), ukuran
spasialnya (gugus yang rentang wilayahnya besar akan sulit dikenali karena akan
nampak membaur dengan daerah sekitarnya), dan lokasinya di bidang galaksi (di
bidang Galaksi kita banyak terdapat sumber-sumber inframerah yang dapat
mengaburkan keberadaan gugus).
Begitu kita dapat mengetahui keberadaan gugus, masalah selanjutnya adalah
mengidentifikasi anggota-anggota gugus tersebut. Identifikasi keanggotaan ini
lebih sulit daripada mengenali keberadaan gugus. Pada umumnya kita gunakan
cacah bintang, namun dalam kebanyakan kasus hal ini sulit dilakukan, sehingga
kita memerlukan data yang independen untuk mengetahui apakah suatu bintang
merupakan anggota gugus atau bukan. Data gerak diri bintang
akan sangat berguna dalam kasus ini, karena bintang-bintang anggota gugus pada
umumnya memiliki arah gerak yang mengarah pada satu titik (disebut titik
apeks).
Sifat-Sifat Dasar
Begitu kita dapat mengetahui keberadaan sebuah gugus dan anggota-anggotanya,
maka sifat-sifat dasar gugus tersebut dapat ditentukan. Tabel di atas
menampilkan sifat-sifat beberapa gugus: Jumlah anggotanya, jari-jari bentangan
gugus tersebut, dan kerapatan gugus tersebut. Dua kolom terakhir di sebelah
kanan menampilkan jumlah bintang dan kerapatan bintang pada daerah dengan
jari-jari 0.1 parsec di pusat gugus. Pada baris terakhir diberikan juga data
untuk gugus terbuka yang usianya lebih tua, yaitu gugus Taurus.
Struktur Gugus: Konsentris vs Hierarkhis
Struktur sebuah gugus dalam awan molekul sangat menarik untuk diteliti karena
besar kemungkinan mencerminkan proses fisis yang membentuk struktur tersebut.
Struktur gugus-gugus termuda khususnya mencerminkan struktur awan molekul yang
membentuk gugus tersebut. Dua jenis dasar struktur yang terlihat adalah: 1.
Gugus hierarkhis menampilkan kerapatan permukaan yang terkonsentrasi pada
beberapa titik, sementara 2. Gugus konsentris memiliki distribusi permukaan
yang terpusat pada satu titik dan menampilkan profil radial yang dapat didekati
dengan hukum pangkat (power law) atau distribusi King, f(r) = f_o[1 +
(r/r_c)^2]^{-1}.
Contoh
dari gugus dengan stuktur hierarkhis adalah NGC 2264 yang ditampilkan pada
gambar di samping. Gugus ini dapat nampak sebagai dua buah gugus ganda atau
bahkan gugus kuadrupel dan mengandung paling tidak dua tingkat hierarkhi.
Adanya stuktur hierarkhis seperti demikian memberikan jejak tentang sifat awan
gas dan debu antarbintang yang penuh dengan turbulensi.
Gugus-gugus lainnya, seperti gugus bintang dalam Nebula Orion-Trapezium
memiliki konsentrasi pusat yang kuat dan profil radial yang dapat dihampiri
dengan hukum pangkat. Konsentrasi seperti ini menunjukkan dominasi gravitasi
atas turbulensi dalam proses pembentukan sistem ini. Kita belum mengetahui
apakah struktur ini adalah sebuah sifat primordial dari sebuah gugus atau
merupakan hasil sebuah evolusi dari struktur yang lebih hierarkhis.
Fungsi Massa Gugus
Charles
Lada dan Elizabeth
Lada (2003), dua orang astronom yang bekerja dalam penelitian gugus muda,
mengkompilasi katalog gugus-gugus muda dalam awan molekul. Dalam katalog ini
terkumpul 76 buah gugus muda yang terletak dalam jarak ~2 kpc dari matahari
kita. Fungsi
Tingkat kelahiran gugus
Katalog gugus bintang dalam awan molekul dapat digunakan untuk menentukan usia
masing-masing gugus dan menentukan tingkat kelahiran (birthrate)
sebuah gugus. Untuk 53 buah gugus dalam jarak 2 kpc dari matahari, diperkirakan
bahwa laju pembentukan gugus berkisar antara 2 hingga 4 gugus setiap satu juta
tahun dalam area permukaan seluas 1 kpc persegi (2 - 4 Myrs^{-1} kpc^{-2}),
bila kita mengasumsikan usia rata-rata gugus masing-masing adalah 2 dan 1 juta
tahun.
Bila
kita gabungkan katalog gugus muda Charles dan Elizabeth Lada dengan katalog
gugus terbuka, kita dapat memeriksa distribusi umur seluruh gugus baik gugus
terbuka maupun gugus dalam awan molekul. Hasil penyusunan distribusi umur ini
ditampilkan pada gambar di samping. Gugus dalam awan molekul berusia paling
muda dan berada di bin usia terendah, selebihnya adalah gugus terbuka.
Pada gambar ini juga ditampilkan prediksi distribusi usia gugus bila kita
mengasumsikan tingkat kelahiran yang konstan (garis putus-putus).
Bila kita membandingkan antara distribusi usia gugus yang diprediksikan oleh
tingkat kelahiran konstan, dengan distribusi usia gugus yang diamati, kita
lihat bahwa ada rentang yang semakin besar pada usia gugus yang semakin tua.
Ini menunjukkan bahwa tidak semua gugus muda akan tetap terikat secara
gravitasi dan bertahan menjadi gugus terbuka. Grafik ini menunjukkan adanya
tingkat kematian gugus yang tinggi. Kurang dari ~4% dari seluruh gugus yang
terbentuk dalam awan molekul dapat bertahan hingga 100 juta tahun, dan kurang
dari 10% bertahan hingga 10 juta tahun. Sebagian besar gugus muda akan menguap
dan bergabung dengan bintang-bintang
Fungsi Luminositas
Teori evolusi bintang menyatakan bahwa�begitu terbentuk�nasib sebuah bintang
ditentukan dari
Penggunaan gugus dalam awan molekul mempermudah penentuan IMF karena usianya
yang terlalu muda membuat mereka belum kehilangan anggota-anggotanya akibat
evolusi bintang atau evaporasi.
Gugus Trapesium di Orion adalah gugus muda yang paling sering dipelajari. Pertama
kali diidentifikasi oleh Robert Trumpler
(1931) dan juga
oleh Walter
Baade dan Rudolph
Minkowski (1937). Usia gugus ini adalah satu
juta tahun (Hillenbrand,
1997) dan beranggotakan kira-kira 700
bintang (Hillenbrand dan Carpenter,
2000).
Salah
satu hasil perhitungan fungsi luminositas ditampilkan dalam gambar di samping
atas (Muench
et al. 2002) sementara fungsi
Karakteristik utama dari IMF gugus ini adalah 1) peningkatan pesat jumlah
bintang dengan massa dari ~10 kali massa matahari (bintang-bintang tipe OB)
hingga 0.6 kali massa matahari, yang tunduk mengikuti hukum pangkat, 2)
pelandaian kurva dan peningkatan perlahan hingga massa ~0.1 kali massa matahari
(ini berada di sekitar limit pembakaran Hidrogen atau Hydrogen Burning
Limit), 3) turunnya jumlah bintang hingga daerah subbintang atau bintang
katai coklat, dan 4) puncak kedua di daerah sekitar 0.015 kali massa matahari
(kira-kira 15 kali massa Jupiter) dan penurunan drastis pada massa yang lebih
rendah di luar batas pembakaran deuterium (~10 kali massa Jupiter).
Karakteristik paling signifikan dalam IMF ini adalah puncak lebar yang
kurang lebih datar dan berkisar antara 0.1 hingga 0.6 kali
Puncak
kedua pada
Evolusi Dinamik dan Tingkat Kematian Gugus
Asal-usul gugus dalam awan molekul masih menjadi misteri, namun apa yang
terjadi sesudah terbentuknya gugus sudah diteliti cukup mendalam baik secara
analitis maupun numerik. Gugus terbentuk di dalam inti awan masif yang
berkerapatan tinggi. Proses pembentukan bintang pada dasarnya adalah proses
yang menghancurkan awan molekul tersebut karena bahan
Proses
pembentukan bintang adalah proses yang tidak efisien. Tidak seluruh awan antar
bintang akan membentuk bintang. Sebagian besar dihembuskan menjauhi
bintang-bintang yang terbentuk karena tertiup oleh angin bintang muda yang baru
terbentuk, atau oleh bipolar
outflow yang menghembuskan banyak materi. Selain menjadi bahan baku
dalam pembentukan bintang, materi antar bintang juga menjadi �lem� yang
mengikat bintang-bintang anggota gugus dalam awan molekul, sehingga hilangnya
awan antar bintang ini berpotensi mengganggu ikatan gravitasi bintang-bintang
anggota gugus dan melepas bintang-bintang ini satu per satu ke medan di sekitarnya.
Dengan demikian, evolusi gugus dalam awan molekul juga bergantung pada evolusi
awan molekul yang melingkupinya.
Bila awan antar bintang yang melingkupi gugus ini terganggu dan berubah
sangat cepat dalam skala waktu yang lebih singkat daripada skala dinamika gugus
di dalamnya, maka respon dinamik gugus tersebut bergantung pada efisiensi
pembentukan bintang pada saat hilangnya gas. Dalam kasus pembuangan gas yang
sangat pesat, sebuah gugus akan tetap bertahan menjadi gugus hanya jika
efisiensi pembentukan bintangnya lebih besar dari 50%. Karena proses
pembentukan bintang dalam gugus muda ini sangatlah rendah, maka sebagian besar
gugus dalam awan molekul tidak muncul sebagai gugus pada saat awan molekul
pembentuknya tertiup seluruhnya. Gugus muda tersebut muncul sebagai sistem tak
terikat. Sehingga, meskipun sebagian besar bintang di galaksi terbentuk dalam
gugus bintang, namun dengan cepat gugus berevolusi menjadi asosiasi yang tak
terikat alih-alih sebagai gugus terbuka yang terikat secara gravitasi.
Prolog:
Bintang
adalah pelita-pelita yang menghiasi langit dekat, merupakan bola besar yang
panas, terang, pijaran gas yang mengeluarkan cahaya. Bintang kelihatan kecil
karena sangat jauh dari bumi. Bintang yang terdekat dengan tata surya kita
adalah Proxima Centauri, yang berjarak lebih dari 4000 juta juta km, atau
sekitar 4 tahun cahaya.
Al Qur�an telah menjelaskan kegunaan manfaat bintang-bintang sebagai:
Tanda untuk penunjuk jalan, hiasan langit dunia, peluru-peluru untuk melempar
syaitan dan sebagai salah satu sumber rejeki.
Pada bigian ini penulis berusaha mengenalkan beberapa bintang-bintang
dan fungsi dan faedahnya, dengan mengacu kepada ayat-ayat yang mengandung
sumpah di dalam Al Qur�an. Dan sekaligus menampakan nilai-nilai sains di dalam
Al Qur�an, sebagai berikut:
PASAL 1, LUBANG HILAT (BLACK HOLES):
Artinya: �Sungguh, Aku bersumpah dengan bintang-bintang
yang beredar dan terbenam�.
Arti kata (Al Khunnasi - Al Jawari - Al Kunnasi:
Kalimat
�al-khunnasi al-jawari al-kunnasi� dari Surah at-Takwir ayat ke-16 dalam bahasa
Arab, dapat dilihat dari Kamus Ibnu Faris (w. 395 H) dan Kamus-kamus bahasa
Arab lainnya, mendifinisikan dua kalimat ini agar mendekati kepada pengertian
yang dimaksud kalimat al-khunnasi al-jawari al-kunnasi pada kedua ayat surah
At-Takwir, sbb:
Pertama: �Al-khunnas�, berasal dari akar kata �khanasa�, yang
arti dasarnya menghilang dan tertutupi, dikatakan al-khanasu, hilang
dipersembunyiaanya, seperti dikatakan pula �khanastu anhu, wa akhnastu anhu
haqqahu�, saya tersembunyi dari dia, atau saya menyembunyikan dari dia.
Wal-khunnasi: Bintang hilang dipersembunyian, dikatakan demikian karena
menghilang di siang hari dan muncul pada malam hari. Dan �al khunnaasu�, bentuk
isim fail dalam bahasa Arab, adalah sifat syetan karena dia kabur jika
disebutkan Nama Allah. Dengan demikian, al-khunnas plural �khaanis�, yaitu
sesuatu yang hilang dari pandangan mata.
Kedua : �Al-jawari�, atau �al-jariyati� : melintas (pada
porosnya), yaitu plural �jariyatu�, dari asal kata �al-jariyu�, melintas dengan
kecepatan tinggi.
Ketiga : �Al-kunnasi�, (kanasa) bisa berarti dua hal :
pertama, menghapuskan sesuatu dimukanya, menyapunya atau menghilangkannya.
Kedua, berarti tersembunyi. Arti yang pertama menyapu rumah, yaitu
membersihkannya dari debu, sedangkan �al-maktasatu� berarti alat sapu dan
�al-kannaasatu�, yang disapu.
Dengan demikian, �Wal-kunnasi� : Bintang-bintang yang menghilang dan
tersembunyi di tempat peredarannya kerena melintas sangat cepat.
Hakikat sains Al Qur�an :
�Sungguh, Aku bersumpah dengan bintang-bintang, yang
menghilang dan terbenam�.
Pengertian-pengertian di atas sesuai dengan apa yang dimaksud kalimat
al-khunnasi, tetapi adanya dua kalimat pada ayat ke-16 dari surah At-Takwir
yang mengandung arti yang sama, mendorong ahli tafsir berspekulasi lain
penafsirannya pada dua ayat di surah At Takwir ini:
Allah bersumpah suatu sumpah yang tegas demi bintang-bintang yang
bersinar, bersembunyi di siang hari, melintas pada tempat peredarannya kemudian
tersapu dan tertutup pada petangnya.
Al Qurthubi menafsirkan: �Yaitu bintang-bintang yang bersembunyi di
siang hari, dan tersapu atau tertutup pada petang harinya�. Makhluf
menafsirkan: �Allah SWT bersumpah demi bintang-bintang yang tersembunyi di
siang hari, yaitu hilang cahayanya dari pandangan mata, tetapi ia tetap berada
pada tempat peredarannya, dan tersapu atau tertutupi pada petang harinya�.
Beberapa ahli tafsir modern menafsirkan: �Yaitu bintang-bintang yang menghilang
atau kembali pada porosnya, dan melintas keperedarannya kemudian bersembunyi.
Dengan mempertimbangkan spekulasi-spekulasi pengertian di atas, penulis
berkesimpulan bahwa indikasi dari dua kalimat yang terdapat pada ayat ke-16
surah At Takwir tersebut, Allah mengarahkan perhatian pada sebuah kenyataan
ilmiah penting.
Allah bersumpah dengan bintang-bintang yang beredar dan terbenam,
indikasi ini sama persis dengan salah satu fenomena alam di ruang angkasa yang
baru pada abad ke-20 ditemukan oleh astronom, yaitu �Lubang Hitam� (Black
Holes).
Hakikat Ilmu Pengetahuan Kontemporer:
Lubang
hitam : Adalah suatu fenomena alam ruang angkasa terbentuk
ketika sebuah bintang yang telah menghabiskan seluruh bahan bakarnya ambruk
hancur ke dalam dirinya sendiri, dan akhirnya berubah menjadi sebuah lubang
hitam dengan kerapatan tak hingga dan volume nol serta medan magnet yang amat
kuat.
Kita tidak mampu melihat lubang hitam dengan teropong terkuat
sekalipun, sebab tarikan gravitasi lubang hitam tersebut sedemikian kuatnya
sehingga cahaya tidak mampu melepaskan diri darinya. Namun, bintang yang runtuh
seperti itu dapat diketahui dari dampak yang ditimbulkannya di wilayah
sekelilingnya.
Tak ada sesuatu, termasuk radiasi elektromagnetik yang dapat lolos dari
gravitasinya, bahkan cahaya hanya dapat masuk tetapi tidak dapat keluar atau
melewatinya, dari sini diperoleh kata "hitam".
Istilah "lubang hitam" pertama kali digunakan tahun 1969 oleh
fisikawan Amerika John Wheeler. Awalnya, kita beranggapan bahwa kita dapat
melihat semua bintang. Akan tetapi, belakangan diketahui bahwa ada
bintang-bintang di ruang angkasa yang cahayanya tidak dapat kita lihat. Sebab,
cahaya bintang-bintang yang runtuh ini lenyap. Cahaya tidak dapat meloloskan
diri dari sebuah lubang hitam disebabkan lubang ini merupakan
Gravitasi raksasanya bahkan mampu menangkap partikel-partikel tercepat,
seperti foton (partikel cahaya). Misalnya, tahap akhir dari sebuah bintang
biasa, yang berukuran tiga kali massa Matahari, berakhir setelah nyala apinya
padam dan mengalami keruntuhannya sebagai sebuah lubang hitam bergaris tengah
hanya 20 kilometer (12,5 mil)! Lubang hitam berwarna "hitam", yang
berarti tertutup dari pengamatan langsung. Namun demikian, keberadaan lubang
hitam ini diketahui secara tidak langsung, melalui daya hisap raksasa
Sebagaimana telah dibahas, bintang-bintang yang dijelaskan sebagai
Al-Khunnasi al-jawari al-khunnasi dalam Al Qur'an memiliki kemiripan dekat
dengan Black Holes yang dipaparkan di abad ke-20, dan mungkin mengungkapkan
kepada kita tentang satu lagi keajaiban ilmiah Al Qur'an. (Wallahu
A�lam).
PASAL 2, BINTANG SYI'RAA (SIRIUS):
Artinya : �Demi bintang ketika jatuh�.
Menurut kamus bahasa arab Al Muhith, kalimat
�hawa�, pada ayat ke-1 surah An Najm ini artinya �jatuh�, yang kalau dirujuk
pada kirab-kitab tafsir semuanya berkisah tentang bintang yang jatuh. Allah SWT
tidak menjelaskan nama bintang yang jatuh pada ayat ini, ahli tafsir berbeda
pendapat dalam mengidentifikasikan nama bintang tersebut. Yang dapat
mencerahkan kita adanya ayat ke-49 surah yang sama menyebutkan bintang
"Syi'raa" (Sirius).
Bintang Sirius (Syi�raa) :
Banyak
sekali riwayat yang berbeda-beda dari ahli tafsir tentang bintang yang dimaksud
ayat ini, penulis cenderung menyebutnya sebagai bintang �Sirius� (Syi�raa)
dengan alasan, sbb :
� Pertama, surah yang menceritakan peristiwa
ini dinamakan surah An Najm (Bintang), di dalam surah yang terdiri dari 62 ayat
ini tidak disebutkan bintang kecuali hanya pada dua tempat saja, yaitu pada
ayat ke-1 disebutkan dalam bentuka sumapah �demi bintang ketika jatuh� (tidak
dijelaskan namanya). Dan pada ayat ke-49 disebutkan sebagai Bintang Sirius,
dalam firman Allah : �dan bahwasanya Dialah Tuhan (yang memiliki)
bintang Syi'raa� (QS. An Najm : 49).
� Kedua, Allah tidak bersumpah di dalam Al
Qur�an kecuali hanya pada hal-hal yang sangat penting dan besar pengaruhnya
terhadap manusia, kenyataan bahwa kata Arab �Syi�raa�, yang merupakan padan
kata bintang Sirius adalah bintang paling terang di langit malam hari.
Sirius sesungguhnya adalah sepasang dua bintang, yang dikenal sebagai
Sirius A dan Sirius B. Yang lebih besar adalah Sirius A, yang juga lebih dekat
ke Bumi dan bintang paling terang yang dapat dilihat dengan mata telanjang.
Tapi Sirus B tidak dapat dilihat tanpa teropong.
Bintang ganda Sirius beredar dengan lintasan berbentuk bulat telur
mengelilingi satu sama lain. Masa edar Sirius A dan B mengelilingi titik pusat
gravitasi mereka yang sama adalah 49,9 tahun. Angka ilmiah ini kini diterima
secara bulat oleh jurusan astronomi di universitas Harvard,
� Ketiga, Bintang Sirius telah mengambil
perhatian besar bangsa-bangsa terdahulu, sebagaimana diketahui bahwa bangsa
Mesir kuno menjadwalkan banjir sungai Nil dengan lewatnya bintang Sirius di
atas angkasa, mereka memantaunya dengan tujuan tersebut dan mengawasi setiap
gerakannya. Dan bintang Sirius ini juga punya peranan penting pada
legenda-legenda bangsa
Syi�raa adalah bintang raksasa dan paling terang di langit malam hari,
bintang yang nyaris dijadikan Tuhan oleh nabi Ibrahim kalau-lah tidak meperoleh
hidayah dari Allah SWT. Syi�raa salah satu sembahan bangsa arab jaman
jahiliyah, yaitu kasus yang dicela dan diberantas oleh surah An Najm ini. Maka
indikasi yang paling dekat dimaksud pada awal ayat An Najm �Demi bintang ketika
jatuh�, adalah bintang �Sirius�.
Dengan demikian, pemilihan fenomena �Demi bintang ketika jatuh�, sesuai
karakter bintang Sirius. Dengan kata lain Allah memperingatkan dalam sumpah-Nya
bahwa bintang sebesar apapun adanya termasuk Sirius pasti akan jatuh dan
berubah bentuknya, maka tidak layak untuk disemabah. Yang wajib disembah adalah
Allah Yang Maha Perkasa, Tinggi dan Kekal.
(Wallahu a'lam).
PASAL 3, RASI BINTANG:
Rasi
bintang atau konstelasi adalah sekelompok bintang yang tampak berhubungan
membentuk suatu konfigurasi khusus. Dalam ruang tiga demensi, kebanyakan
bintang yang kita amati tidak memiliki hubungan satu dengan lainnya, tetapi
dapat terlihat seperti berkelompok pada bola langit malam. Manusia memiliki
kemampuan yang sangat tinggi dalam mengenali pola dan sepanjang sejarah telah
mengelompokkan bintang-bintang yang tampak berdekatan menjadi rasi-rasi
bintang.
Susunan rasi bintang yang tidak resmi, yaitu yang dikenal luas oleh
masyarakat tapi tidak diakui oleh para ahli astronomi atau Himpunan Astronomi
International, juga disebut asterisma. Bintang-bintang pada rasi bintang atau
asterisma jarang yang mempunyai hubungan astrofisika; mereka hanya kebetulan
saja tampak berdekatan di langit yang tampak dari Bumi dan biasanya terpisah
sangat jauh.
Pengelompokan bintang-bintang menjadi rasi bintang sebenarnya cukup
acak, dan kebudayaan yang berbeda akan memiliki rasi bintang yang berbeda pula,
sekalipun beberapa yang sangat mudah dikenali biasanya seringkali ditemukan,
misalnya Orion atau Scorpius.
Himpunan Astronomi International telah membagi langit menjadi 88 rasi
bintang resmi dengan batas-batas yang jelas, sehingga setiap arah hanya
dimiliki oleh satu rasi bintang saja. Pada belahan bumi (hemisfer) utara,
kebanyakan rasi bintangnya didasarkan pada tradisi Yunani, yang diwariskan
melalui Abad Pertangahan, dan mengandung simbol-simbol Zodiak.
Beragam pola-pola lainnya yang tidak resmi telah ada bersama-sama
dengan rasi bintang dan disebut asterisma, seperti Bajak (juga dikenal di
Amerika Serikat sebagai Big Dipper) dan Little Dipper (Lihat : Gb. Bintang
Utara).
Big
Dipper terlihat seperti sendok. Mereka adalah rasi bintang yang penting untuk
dilihat karena dapat memperlihatkan kepada kita dimana Bintang Utara (North
Star). Bintang Utara selalu menunjukkan arah utara. Jika kita menemukan Bintang
Utara, kita akan dapat menemukan arah utara, selatan, timur, dan barat. Dengan
mengetahui arah, kita dapat menemukan jalan saat tersesat. Kita juga dapat
menemukan arah qiblat jika kita memerlukan.
Setidaknya ada empat rasi bintang utama yang perlu kita ketahui, yaitu
:
1. Rasi Bintang Pari: Berbentuk palang, dan
bintang di ujung palang sentiasa menunjukkan ke arah selatan.
2. Rasi Bintang Belantik: Bentuknya
menyerupai seorang pemburu, dan bintang di kepala menunjukkan arah utara.
3. Rasi Bintang Biduk: Berbentuk sendok, dan
dua bintang di ujung menunjuk ke arah utara.
4. Rasi Bintang Skorpion: Menggambarkan
seekor kala jengking.
Allah SWT Yang Maha Pengasih, telah memberikan bintang yang dapat
menunjuki kita. Selama beberapa abad para pelaut dan penjelajah menggunakan
bintang untuk menemukan jalan mereka. Bintang adalah karunia yang besar bagi
manusia.
Sungguh menakjubkan betapa bintang dapat menunjuki kita dan membantu
kita disaat tersesat? Bintang membuktikan kepada kita bahwa Allah adalah Maha
Kuasa, Maha Pengasih, dan maha Penyayang.
(Wallahu A'lam)
PASAL 4, BINTANG THAARIQ (PULSAR):
Arti kata Thaariq:
Kata
"Thariq", nama Surah ke-86 dari Al Qur�an, berasal dari akar kata
bahasa arab "tharq", yang arti dasarnya adalah: "memukul dengan
cukup keras untuk menimbulkan suara", atau "menumbuk", atau
"berdenyut atau berdetak".
Pendapat ahli tafsir:
Beberapa pendapat ahli tafsir tentang ayat ini, sebut saja misalnya:
Ibnu Katsir, ia mengemukan pendapat Qatadah dan ahli tafsir terdahulu lainnya
mengatakan: �Di namakan bintang thariq karena muncul di malam hari dan
menghilang pada siang hari��, dan menambahkan tafsiran Ibnu Abbas ra. tentang
kalimat �ats tsaaqib� dengan �bersinar�.
Berbeda dengan Sayyid Quthub hanya mengomentari sebagai jenis bintang
tertentu saja, tidak bersedia merincikan jenis bintang tersebut, bahkan
berkesimpulan bahwa langit dan bintang-bintangnya semua memancarkan cahaya di
kegelapan malam.
Sedangkan Makhluf menafsirkan: �Yang diaksudkan disini (ath thaariq),
yaitu bintang yang nampak di malam hari..�, ia menambahkan: �an-najmu
ats-tsaaqibu�, yaitu yang bersinar, seakan-akan menembus kegelapan Dengan
cahayanya..�. Seperti juga Sayyid Quthub, ia menyebut sebagai jenis bintang
tertentu.
Ash Shabuni dan para penyusun Tafsir Al Muntakhab
sepakat dengan pendapat Ibnu Katsir di atas, dan menambahkan bahwa selain
kalimat sumpah ini menunjukan jenis bintang tertentu, ada juga pembatasan dan
pengkhususan yang tidak bisa di lupakan dalam ayat ini. Seandainya symbol ath
thariq sama dengan semua bintang, tidaklah disebutkan dalam ayat ini dengan
perincian sedetail ini�
Hakikat sains Al Qur�an:
Dengan mempertimbangkan arti yang memungkinkan dari kata tersebut,
yaitu memukul keras, berdenyut atau berdetak seperti dijelaskan di atas, dan
penjelasan dari beberapa ahli tafsir, perhatian kita akan diarahkan oleh ayat
ini pada sebuah kenyataan ilmiah penting.
Istilah bintang disebutkan di dalam Al Qur�an sebanyak 14 kali, empat
diantaranya bentuk single �an-najm�, sembilan bentuk plural �an-nujum�, dan satupun
diantaranya tidak ada disebut dengan �ath-thaariqi an-najmu ats tsaaqibu�,
kecuali yang ada dalam Surah yang kita bahas ini.
Untuk menggambarkan bintang ini, lebih lanjut Allah berfirman: �Tahukah
anda apakah Bintang Thariq itu?, yaitu bintang yang cahayanya menembus�.
Istilah ath-thariqi dalam ayat di atas berarti sebuah bintang yang menembus
malam, yang menembus kegelapan, yang muncul di malam hari, yang menembus dan
bergerak, yang berdenyut atau berdetak, yang menumbuk, atau bintang terang.
Dari ayat ke-3 surat Ath Thaariq istilah "an najmu ats
tsaaqibu," yang berarti yang menembus, yang
bergerak, atau yang membuat lubang,
mengisyaratkan bahwa Thaariq adalah sebuah bintang terang yang membuat lubang
di kegelapan dan bergerak, semua sifat-sifat ini mengidentifikasikan
pada sebuah fenomena alam ruang angkasa yang yang maha dahsyat,
baru di abad ke-20 ditemukan oleh ilmu pengetahuan kontemporer, yaitu dikenal
dengan "PULSARS".
Hakikat ilmu pengetahuan modern:
Melalui penelitian oleh Jocelyn Bell Burnell, di Universitas Cambridge
pada tahun 1967, sinyal radio yang terpancar secara teratur ditemukan. Namun,
hingga saat itu belumlah diketahui bahwa terdapat benda langit yang
berkemungkinan menjadi sumber getaran atau denyut (detak) teratur yang agak mirip
pada jantung.
Pada tahun 1967, para pakar astronomi menyatakan bahwa, ketika materi
menjadi semakin rapat di bagian inti karena perputarannya mengelilingi sumbunya
sendiri, medan magnet bintang tersebut juga menjadi semakin kuat, sehingga
memunculkan sebuah medan magnet pada kutub-kutubnya sebesar 1 triliun kali
lebih kuat daripada yang dimiliki Bumi. Mereka lalu paham bahwa sebuah benda
yang berputar sedemikian cepat dan dengan medan magnet yang sedemikian kuat
memancarkan berkas-berkas sinar yang terdiri dari gelombang-gelombang radio
yang sangat kuat berbentuk kerucut di setiap putarannya.
Tak lama kemudian, diketahui juga bahwa sumber sinyal-sinyal ini adalah
perputaran cepat dari bintang-bintang neutron. Bintang-bintang neutron yang
baru ditemukan ini dikenal sebagai "pulsar" (Radio Pulsars). Disebut
demikian, karena menimbulkan denyutan-denyutan sinyal radio secara teratur
setiap detik, yang mencapai tiga puluh kali denyutan per detik. Adalah rahmat
Allah kepada kita, bahwa denyutan-denyutan radio paling dekat ke kita mencapai
5000 tahun cahaya, kalau tidak pastilah denyutan-denyutannya mengerikan
tersebut akan menghancurkan semua tata kehidupan di bumi ini.
Bintang-bintang ini, yang berubah menjadi pulsar melalui ledakan
supernova, tergolong yang memiliki massa terbesar, dan termasuk benda-benda
yang paling terang dan yang bergerak paling cepat di ruang angkasa. Sejumlah
pulsar berputar 600 kali per detik.
Kata pulsar berasal dari kata kerja �to pulse�. Menurut kamus American
Heritage Dictionary, kata tersebut berarti bergetar, berdenyut. Kamus Encarta
Dictionary mengartikannya sebagai berdenyut dengan irama teratur, bergerak atau
berdebar dengan irama teratur yang kuat. Lagi menurut Encarta Dictionary, kata
�pulsate", yang berasal dari akar yang sama, berarti mengembang dan
menyusut dengan denyut teratur yang kuat.
Menyusul penemuan itu, diketahui kemudian bahwa peristiwa alam yang
digambarkan dalam Al Qur'an sebagai thaariq, yang berdenyut, memiliki kemiripan
yang sangat dengan bintang-bintang neutron yang dikenal sebagai pulsar.
Bintang-bintang neutron terbentuk ketika inti dari bintang-bintang
maharaksasa runtuh. Materi yang sangat termampatkan dan sangat padat itu, dalam
bentuk bulatan yang berputar sangat cepat, menangkap dan memampatkan hampir
seluruh bobot bintang dan medan magnetnya. Medan magnet amat kuat yang
ditimbulkan oleh bintang-bintang neutron yang berputar sangat cepat ini telah
dibuktikan sebagai penyebab terpancarnya gelombang-gelombang radio sangat kuat
yang teramati di Bumi.
Di ayat ke-2 Surah Ath Thaariq : "Tahukah anda apakah Ath Thariq
itu ?", merujuk pada pemahaman. Pulsar, yang terbentuk melalui pemampatan
bintang yang besarnya beberapa kali ukuran Matahari, termasuk benda-benda
langit yang sulit untuk dipahami. Pertanyaan pada ayat tersebut menegaskan
betapa sulit memahami bintang berdenyut ini. (Wallaahu a'lam)
PASAL 5, ROTASI BINTANG-BINTANG:
Salah satu ke istimewaan Al Qur�an mudah dipahami oleh setiap orang
sesuai dengan tingkat kecerdasannya, bangsa arab yang menerima Al Qur�an pada
jamannya atau sesudahnya sedikit, mengetahui bahwa tempat Peredaran
bintang-bintang yang kita saksikan sangatlah besar, karena manusi tidak mampu
mencapainya. Saking besarnya peristiwa-peristiwa alam tersebut Allah SWT
bersumpah dengannya. Ini penafsiran sederhana mereka terhadap ayat ini.
Namun, jaman sekarang terutama setelah ilmu pengetahuan dan teknologi
mengalami kemajuan yang sangat pesat khusunya di bidang astronomi, timbullah
pemahaman baru sungguh menakjubkan, yang memberikan pencerahan kenapa Allah SWT
bersumpah demi rotasi bintang-bintang, dan mendeklarasikan sumpah ini dengan
peristiwa yang sangat besar.
Ilmu pengetahuan telah membuktikan bahwa manusia sama sekali tidak
dapat melihat bintang-bintang, sungguh ini merupakan hal yang luar biasa, yaitu
hakikatnya adalah tanda-tanda kekuasaan Allah. Apa yang kita saksikan di atas
langit
Jagad raya yang sedemikian luas, dan bintang-bintang yang jauhnya tak
terkirakan dari kita penghuni bumi, membuat sinarnya tidak akan sampai ke kita kecuali
setelah tenggang waktu yang sangat lama, dimana bintang-bintang tersebut sudah
tidak diposisi kita lihat, dia sudah bergeser jauh meneruskan peredarannya
dalam galaksi. Atau mungkin saja sudah jatuh menjadi lubang hitam karena
kehabisan energi, tetapi sinarnya masih menyala-nyala di kegelapan malam dan
sampai ke kita.
Matahari misalnya, bintang yang paling dekat ke bumi, jaraknya
kira-kira mencapai 150 juta kilometre, cahayanya akan sampai ke bumi setelah
kira-kira 8 menit. Kecepatan cahaya adalah 300 ribu KM/ detik, bayangkan kalau
matahari berputar pada porosnya dengan kecepatan 19 KM/ detik, ini berarti
selama 8 menit jarak tempuh cahaya sampai ke bumi itu, matahari telah bergerak
meninggalkan sumber cahaya yang kita lihat tersebut sepanjang 10 ribu
kilometer, itulah jarak yang telah ditempuh matahari meninggalkan jejak cahaya
yang baru kita lihat.
Kalau saja matahari, bintang yang paling dekat dengan kita,
meninggalkan jejak cahaya sedemikian jauh, berapa jauh lagi jarak tempuh
bintang-bintang lain yang lebih jauh sekali dari kita, dengan massanya
terkadang lebih besar ribuan kali lipat dari matahari kita, hanya kemampuan
penglihatan kita-lah yang terbatas menjangkaunya.
Ini hanya salah satu sebab kenapa bintang-bintang tidak dapat di lihat
oleh kita kecuali hanya jejaknya saja, disana masih ada sebab-sebab lain yang
penulis tidak ingin memperpanjang disini, pada kesempatan lain kita akan
membahasnya, insya Allah.